Sebuah Kenangan
Di pondok Darussyafa’at inilah aku mendapatkan sesuatu yang tidak pernah aku temukan di sekolah-sekolah lainya. disini aku dapat menghitung-hitung waktu. disini aku dapat mengenal bagaimana cara hidup sederhana dan merasakan senasi sepenanggungan dg kawan-kawan sebelumnya tidak aku kenal sama sekali.
Aku betul-betul telah merasakan betapa berartinya makna kalimat tadi. betapa tidak, dari sekian banyak santri Darussyafa’at yg tidak berasal dari satu tempat tapi berasal dari berbagai daerah, yg tidak hanya berbeda dalam bahasa namun juga berbeda dalam cita, rasa, karakter dan dialognya, yg ada di pondok pesantren Darussyafa’at " tumblek-blek “kumpul menjadi satu, semuanya menyatu dalam satu niatan, menimba ilmu, belajar berorganisasi, dan yg tak kalah penting adalah belajar menjalin kerja sama dan kekompakan untuk tercapenya satu tujuan besar.
Oleh karena itu sangat wajar bila aku akrab sambil terus mengurai tawa dan memaparkan aneka ragam cerita dan kisah, meski diselingi sikap cemburu, merajuk, ngambek dan marah-marah walau tidak sampai berkelahi semua itu sangat sulit buat aku lupakan begitu saja.
Oleh karena masa-masa indah seperti inilah sampai akhirnya aku merasakan bahwa masa belajar dan bergaul kami telah usai dan telah pula menghantarkan kami pd gerbang perpisahan, SUNGGUH !! seakan baru kemarin kami belajar dan bermain bersama, guyon dan befcanda makan kami sehari-hari, rebutan mandi, wc, bantal, dan rebutan tempat tidur semua itu kami lakukan untuk menjalin “persahabatan sejati”. memupuk kepaduan langkah, dan keselarasan ide serta kadang-kadang di iringi dengan sikap kekanak-kanakan. terlebih jika kami mengenal kebersamaan yg telah terjalin begitu mesrah, mesti kadang-kadang muncul fiksi atau perbedaan diantara kami, tapi semua itu masih dalam batas kewajaran.
Suasana kekeluargaan yg terjalin begitu erat sampai-sampai membuat kami enggan untuk berpisah. sosok para ustadz dan ustadzah yg telah membimbing dan membina aku siang dan malam seperti orang tua kami, dan inilah yg mambuat kami menjadi berduka bila mengenang perpisahan. disini Darussyafa’at, di antara kami benar-benar mendapatkan kawan sejati di antara kami sudah sama-sama terbuka, saling mengasihi dan menasehati antara yg satu dan yg lainya, setiap fiksi dan parbedaan yg muncul di antara kami rupanya membentuk sebuah kesadaran bahwa kami butuh itu sebagai bekal memantangkan kedewasaan kami. di pondok pesantren Darussyafa’at yg teramat aku cintai ini telah memberikan warna dan nuangsa tersendiri bagi kami, dulu kami datang dengan kebodohan dan kebutaan, tapi setelah berada disini segala kebodohan dan kebutaan itu sembuh oleh obat mujarab yaitu ilmu-ilmu islam yg membasai kerongkongan kami dari dahaga yg panjang, tapi kini kami akan meninggalkan semua yg berkesan itu, sangat sulit membayangkan berpisah dg para ustadz-ustadzah, kawan-kawan dan para pengurus atau karyawan.
Semua kenangan indah itu telah membawa diri ku jadi sadar dan mengerti bahwa perjalanan ini tidaklah semudah danselapang yg kami bayangkan, para ustadz dan ustadzah. memang pahlawan tanpa jasa.
Untungnya kami do’akan agar selalu di lindungi Allah dan di beri kemudahan dalam setiap usaha. Yg unik dari kami, dulu kami datang, ketika yg lain pergi, kini giliran kami pergi untuk digantikan yg lain. Itu adl buktii bahwa di bumi ini tidak ada yg kekal selamanya. Semua bergilir dan berganti. Maka biarkanlah semua ini berjalan spt adanya, roda sejarah terus berputar dan kamipun tdk kuasa mengelak dari kenyataan ini tunduk dan patuh mengikuti perputaran sejarah.
Tapi sebelum berlalu ada sejumlah hal menarik yg telah kami capai dan kami gapai selama mengarungi lautan ilmu di pondok pesantren Darussyafa’at, ketika kami di pamerkan dan di permalukan sewaktu melanggar aturan undang-undang, kemudian mana kala kami kena jebakan oleh jasus atau mata- mata krn kami terlena mengikuti keinginan yg akhirnya kami harus merelakan untuk kena sangsi.
Selanjutnya yg membikin kami pusing bila muncul perasaan tidak setuju para santri lainya sewaktu kami giat dan tekun menggulirkan suatu program-program pondok, kami dikatakan sok belagu dan cercaan-cercaan lainya. Semua itu tidaklah menjadikan berkecil hati atau merasa tersinggung secara berlebihan, karena kami anggap semua itu merupakan nuansa dan fenomena tersendiri untuk memacu semangat kami.
Kemudian yg juga tidak bisa kami lupakan ketika kami harus mempertahankan pendapat dengan memaparkan argumentasi dengan segenap diplomasi dan retorika kata yg cantik, kami di bantai karena di pandang tidak mampu menjalankan roda organisasi, sungguh……!
Apa yg tercipta itu membuat kami bangga dan merasa di perhatikan.
Walau jarak membentang, kaki tak sama berpijak namu saat satu hati dalam satu tujuan, kalian tetap sahabatku sampai ahir hayat.
Dan buat adik-adiku. jadikanlah yg terbaik, wujud kanlah impian dan harapan, gunakan kesempatan dan sarana yg ada untuk menjadikanmu lebih berwaswasan dlm segala hal guna menekuni segudang ilmu yg masih banyak untuk engkaugali dan akanengkau persembahkan bagi orang tuamu, masyarakatmu, bangsamu, dan bagi islamu.
Doa kami menyertai di setiap hembusan nafasmu, bergerak di setiap denyut nadimu dan berjalan melalui setiap peredaran jalan darahmu.
Duhai para ustadz-ustadzah…… maafkan atas segala kenakalan kami kebandelan kami, kepicikan sikap kami, dan kekerdilan jiwa kami. Setidaknya kami telah berusaha semampu yg kami bisa. Selanjutnya kpd Allah SWT kami memohon pertolongan dan
Demi tegaknya islam dengan pena dan da’wah akan kami kibarkan panji-panji semangat juang di jalan-Mu
penulis